Sabtu, 4 April 2009 | 19:20 WIB
|
Mulai akhir pekan lalu, film animasi tiga dimensi (3D) Monsters vs Aliens mulai ditayangkan di bioskop-bioskop di Amerika Serikat (AS). Menciptakan film animasi 3D jauh dari proses yang sederhana.
Banyak kerumitannya. Meskipun semua itu banyak terbantu oleh teknologi digital yang makin canggih. Karena itu, Dreamworks pun berencana merilis semua film animasinya dalam format 3D.
Ini dimulai dengan Monsters vs Aliens.
Karena rumitnya menciptakan film animasi 3D, para animator beserta sutradaranya yang bekerja di Dreamworks menggunakan cara trial and error demi menggali potensi sejatinya dari format 3D.
Monsters vs Aliens adalah karya pertama Dreamworks yang menggunakan format 3D dalam film animasinya.
Otak kita mengombinasikan perspektif berbeda dari penglihatan oleh mata. Ini membuat kita memiliki persepsi terhadap gambar 3D.
Untuk menciptakan film berteknologi 3D, animator menirukan penglihatan alamiah manusia. Caranya dengan menggunakan kamera stereoskopik sebagai bagian yang menyatu dengan komputer.
Masing-masing dilengkapi dengan dua kamera yang mewakili pandangan dari masing-masing mata penonton. Yang terpenting dalam pengaturan (setting) kesatuan kamera dan komputer ini, seperti diungkapkan Phil McNally, kepala pembuatan film stereoskopik di Dreamworks, adalah pengaturan sudut atau jarak di antara kedua kamera.
“Jika dua kamera ini berada di posisi yang sama, tidak akan didapatkan stereo. Semuanya berada di posisi yang sama, akibatnya hanya muncul film 2D, bukan 3D,” paparnya. "Makin lebar memisahkan kameranya, makin banyak masing-masing sudut pandang (point of view) yang dapat dilihat di sekeliling objek. Artinya, makin lebar pemisahan kamera, makin tinggi kualitas 3D-nya,” imbuh dia.
Dalam hal ini, peran zero parallax setting (ZPS) menjadi penting. ZPS menentukan apakah sudut pandang dua kamera di monitor sudah memiliki konvergensi.
Pada sebagian besar pembuatan film, Dreamworks menggunakan perangkat lunak (software) komputer. Termasuk sejumlah program-program komersial seperti Maya yang berfungsi secara presisi mengendalikan pengaturan kamera stereoskopik. Kendali otomatis akan lebih menguntungkan untuk dipergunakan. Ia mampu menghemat waktu dengan sangat signifikan dibandingkan memakai pengaturan shotting manual.
Animator juga menciptakan jendela stereoskopik dinamik—berupa sebuah black box yang mem-frame-kan film tersebut—sebagai bagian komposisi film serta kerap dipakai meningkatkan “kekuatan aksi” dari film.
“Jika kita ingin memberi seseorang gambaran seseorang berlari ke arah kita, digunakan trik optik untuk meletakkan jendela stereo dekat dengan penonton sementara karakter yang berlari itu masih jauh jaraknya. Ketika karakter itu berlari makin dekat ke penonton, kita akan mendorong jendela stereo guna memperbesar atau memperkuat kesan kalau orang tersebut berlari makin dekat ke arah penonton," papar programmer grafis film McNally.
“Dalam salah satu adegan, karakter animasi berlari makin mendekat dan pada saat yang bersamaan jendela stereo menjadi mundur. Namun, penonton tidak akan merasa jendela tersebut bergerak,” pungkasnya.
sumber: surabaya pos
6 komentar:
sayang.ny negara kita belum bisa bkin film animasi sekeren monsters vs alien ini..
kpn y negara kita bisa..??
hhe..
Q seneng bgt Sma film animasi,
hbs gmbrX lucu2
setuju ma si pitrii..
ku juggah seng bangedh ma yang nama nya animasii..
palagii klo doraemon
adah gag iiah yang 3 dimensi??
duhh sampe capek nulis bolak balik..
ku setuju ma pitrii..
ku demeeeen bangedh ma animasi
Ayo, Tika. Buat animasi yang jauh lebih keren...
Ayo, Tika. Buat animasi yang jauh lebih keren...
Posting Komentar